Jumat, 03 Februari 2012

Ahmadinejad: Amerika Jangan Campuri Mesir "Segera, seluruh dunia akan merasakan lezatnya dunia tanpa Zionis dan berandalan."

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (AP Photo/Kamran Jebreili)



VIVAnews - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyerukan negara-negara Barat tidak ikut campur pada permasalahan yang terjadi di Timur Tengah. Ia juga meramalkan, Timur Tengah yang baru di masa depan akan bebas dari campur tangan Amerika Serikat dan Israel.

"Dunia Barat, terutama Amerika Serikat, telah terlalu jauh mencampuri urusan perpolitikan di Mesir dan Tunisia," ujar dia dalam pidatonya di Lapangan Azadi Teheran, di hadapan ratusan ribu rakyat yang merayakan 32 tahun Revolusi Islam seperti dilansir laman PressTV, Jumat 11 Februari 2011.

Selain menyerukan Amerika Serikat tidak mencampuri urusan dalam negeri Mesir, Ahmadinejad juga menuntut negara tersebut menarik dukungannya terhadap negara zionis Israel.

"Jika kalian (AS) ingin memperbaiki kelakuan dan ingin agar negara-negara lain mempercayai kalian, pertama-tama kalian tidak boleh ikut campur urusan negara lain, terutama di Tunisia dan Mesir. Biarkan mereka membuat keputusan mereka sendiri," ujar Ahmadinejad.

Dia menambahkan, negara-negara Barat hanya mencoba terlihat baik dengan mencoba berteman dengan negara-negara di Afrika Utara, namun mereka mempunya niat yang jelek di balik itu.
Untuk itu, Ahmadinejad memperingatkan para pemuda di negara Arab untuk selalu waspada dan menetapkan tujuan mereka tanpa mau dipengaruhi. "Adalah hak mereka untuk bebas, hak mereka untuk mengekspresikan pendapat dan memilih rezim serta pemimpin mereka sendiri," kata dia.

Dia mengakui, kekuatan Israel dan AS telah berkurang, dan perlahan-lahan akan hilang pengaruhnya di negara-negara Timur Tengah yang baru.

"Walaupun dengan rencana setannya, namun dengan bantuan Tuhan dan pergerakan rakyat, Timur Tengah yang baru akan menjadi wilayah yang bebas dari AS dan rezim Zionis. Segera, seluruh dunia akan merasakan lezatnya dunia tanpa Zionis dan berandalan," ujar Ahmadinejad.
• VIVAnews

Parlemen Iran Minta Oposan Dihukum Mati Moussavi dan Karroubi merupakan penantang Mahmoud Ahmadinejad pada pemilu presiden 2009.

Demonstrasi kubu oposisi di Teheran, Iran (AP Photo


VIVAnews - Sejumlah anggota Parlemen Iran (Majlis) menuntut hukuman mati atas dua tokoh oposisi, Hossein Moussavi dan Mehdi Karroubi. Kedua orang itu dianggap sebagai otak demonstrasi selama dua hari, 14-15 Februari 2011, yang diwarnai baku hantam antara demonstran dan petugas keamanan sehingga menewaskan dua orang dan melukai puluhan lainnya.

Menurut stasiun berita Iran Press TV, yang juga stasiun berita CNN, para anggota Majlis mengutuk demonstrasi di Teheran sebagai ulah para pemimpin oposisi. Pada rekaman video yang ditayangkan oleh Press TV, terlihat para anggota parlemen meneriakkan tuntutan hukuman mati bagi kedua tokoh oposisi tersebut.

“Moussavi dan Karrubi harus dihukum mati! Hukum mati Moussavi! Hukum mati Karrubi!” ujar para anggota parlemen Iran. Moussavi dan Karroubi merupakan penantang Mahmoud Ahmadinejad pada pemilu presiden 2009.

Kedua tokoh itu menilai pemilu yang dimenangkan Ahmadinejad sarat dengan kecurangan. Mereka sejak Selasa kemarin menjalani tahanan rumah.

Beberapa anggota parlemen juga menuntut mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami, untuk dieksekusi mati. Tidak jelas apa andil Khatami dalam demonstrasi itu.

Khatami adalah presiden Iran sebelum Ahmadinejad. Dia merupakan seorang yang moderat dan mendukung kebebasan berekspresi dan toleransi serta mendorong pasar bebas selama memerintah Iran pada 1997-2005. Khatami juga merupakan pendukung gerakan oposisi yang berdemo pada 2009.

Iran tidak segan-segan mengeksekusi mati para tahanan. Menurut laporan PBB, pada bulan Januari saja, sebanyak 66 tahanan telah dihukum mati oleh pengadilan Iran. Kebanyakan adalah para pedagang narkoba, namun sedikitnya tiga orang tahanan politik telah dieksekusi pada awal tahun.

Demonstrasi Senin hingga Selasa kemarin awalnya digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap revolusi di Mesir dan Tunisia yang berhasil menggulingkan kedua kepala negara, namun demonstrasi berujung pada kecaman terhadap pemerintah. Hal ini membuat aparat keamanan yang bertugas bertindak tegas dengan melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru karet.

Parlemen juga mengatakan bahwa Inggris, Amerika Serikat dan Israel telah memperalat para tokoh oposisi ini untuk melakukan demonstrasi. Ketua parlemen Iran, Ali Larijani, mengatakan bahwa negara-negara tersebut telah menyesatkan para tokoh-tokoh oposisi Iran.

“Parlemen mengutuk Zionis Israel, Amerika Serikat, tindakan anti revolusi dan anti pemerintah yang dilakukan oleh hasutan yang menyesatkan,” ujar Larijani. “Bagaimana bisa lelaki baik-baik (Moussavi dan Karrubi), termakan jebakan yang dibuat oleh Amerika?” lanjut Larijani.
• VIVAnews

Ahmadinejad: Demonstran Jadi Musuh Negara “Ini adalah bukti kuat Iran punya musuh, karena Iran adalah negara yang tengah berkilau"

VIVAnews - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengecam keras demonstrasi menentang pemerintah di Teheran, Senin, 14 Februari 2011. Dia menganggap demonstrasi itu adalah ulah musuh negara, yang tidak akan membuat pemerintahan goyah.

Pada pernyataan yang disampaikannya melalui televisi, yang dilansir stasiun berita BBC, Selasa, 15 Februari 2011, Ahmadinehad mengatakan bahwa demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung oposisi, mantan calon presiden 2009 Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, tidak akan menghasilkan apa-apa dan hanya akan jalan di tempat.
Mahmoud Ahmadinejad (AP Photo/Vahid Salemi)

“Ini adalah bukti kuat bahwa Iran mempunyai musuh, karena Iran adalah negara yang tengah berkilau, menaklukkan puncak tantangan dan mengubah hubungan antar negara di dunia,” ujar Ahmadinejad.

“Tentu saja pemerintah akan mendapat banyak penentangan. Tapi mereka sadar kalau mereka tidak akan mendapatkan apa-apa,” lanjut mantan Walikota Teheran itu.

Demonstrasi berlangsung pada Senin hingga Selasa di Lapangan Enghelab dan Lapangan Imam Hossein, Teheran, diikuti oleh ribuan demonstran penentang pemerintah. Awalnya demonstrasi ini digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap revolusi di Mesir dan Tunisia, namun berubah menjadi demonstrasi mengecam pemerintahan Ahmadinejad.

Aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata, bentrokan pun tidak terhindari. Menurut laporan pemerintah, dua orang demonstran tewas dan beberapa lainnya terluka pada bentrokan tersebut. Dilaporkan juga, sembilan orang aparat keamanan terluka.

Ahmadinejad, yang kembali terpilih sebagai presiden pada pemilu 2009, mengatakan bahwa demonstrasi yang dilakukan para musuh negara ini adalah usaha untuk menodai kemajuan di Iran.

“Negara ini adalah matahari yang bersinar. Mereka mencoba untuk melemparkan abu ke matahari. Namun abunya akan kembali ke mata mereka sendiri,” ujar Ahmadinejad. (hs)
• VIVAnews                    

Obama: Iran Bersikap Mendua “Sangat ironis ketika rezim Iran bersikap seolah-olah merayakan apa yang terjadi di Mesir"

Barack Obama (AP Photo/Paul Sancya)



VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, menilai pemerintah Iran sebagai suatu ironi. Di satu sisi, rezim di Iran mendukung gelombang Revolusi Mesir, namun di sisi lain justru menindak keras atas aksi unjuk rasa di negaranya. 

Dalam demonstrasi di Teheran yang berlangsung 14-15 Februari lalu, Iran mengerahkan aparat keamanan untuk menindak para demonstran anti Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Bentrokan tak terhindarkan sehingga menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai puluhan lainnya.

“Sangat ironis ketika rezim Iran bersikap seolah-olah merayakan apa yang terjadi di Mesir, padahal mereka bertindak berlawanan dengan apa yang dilakukan di Mesir, dengan menembaki dan memukuli orang-orang yang mencoba untuk mengekspresikan aspirasi mereka dengan damai,” ujar Obama di Gedung Putih, Selasa 15 Februari 2011 waktu setempat, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press.

Obama merujuk pada pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Sabtu,12 Februari lalu yang menyatakan turut bergembira dengan kemenangan rakyat Mesir dalam menumbangkan rezim Presiden Hosni Mubarak. Ahmadinejad juga menyatakan dukungannya terhadap gerakan perlawanan di Mesir.

Menurut Obama, pernyataan Ahmadinejad itu terkesan ironis, karena rezimnya sendiri menentang pergerakan oposisi di dalam negeri. Aparat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet, serta menggempur demonstran dengan menggunakan tongkat.

“Harapan dan keinginan saya adalah kita dapat terus melihat rakyat Iran mempunyai keberanian untuk dapat mengekspresikan kerinduan mereka akan kebebasan dan pemerintahan yang lebih mewakili,” ujar Obama.

Obama juga menyerukan pemerintahan di Timur Tengah lebih mencermati perkembangan komunikasi melalui berbagai sosial media di internet. Dia mengatakan bahwa pemerintah setempat juga harus lebih mengerti tuntutan rakyat.

“Kami punya pesan yang kuat bagi negara-negara di Timur Tengah. Lihatlah apa yang terjadi di Mesir,” kata Obama.
• VIVAnews

Iran Tayangkan Pengakuan Mata-mata AS Amir Mirza disebut telah mendapat pelatihan intelijen di markas militer AS di Irak.

Amir Mirza Hekmati, diduga jadi mata-mata AS di Iran (reuters)



VIVAnews - Stasiun Televisi Pemerintah Iran memutar rekaman pengakuan seorang mata-mata Amerika Serikat, Amir Mirza Hekmati, yang ditangkap pekan lalu. Dalam rekaman itu, mata-mata berkebangsaan Iran tersebut mengaku telah dilatih badan intelijen Amerika.

Menteri Intelijen Iran pada Sabtu pekan lalu menyatakan telah menangkap agen CIA berkebangsaan Iran. Amir Mirza disebut telah mendapat pelatihan intelijen di markas militer Amerika di Irak dan Afganistan.

"Agen Amerika mengatakan pada saya, 'jika kamu sukses pada misi ini kami dapat melatihmu lebih lanjut', kami memberi kamu misi yang baru... Misi ini mengharuskan kamu ke Iran," demikian pengakuan Hekmati dalam rekaman yang diputar itu, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Dalam rekaman yang ditampilkan itu menunjukkan Hekmati tengah berada di markas militer Amerika. "Saya sedang berada di pusat mata-mata Bagram (Afganistan), saya pergi ke Dubai dan kemudian ke Teheran," kata Hekmati tanpa menyebutkan kapan perjalanan itu dia lakukan.

"Mereka berkata pada saya, 'Kamu akan menjadi sumber informasi militer dan intelijen dalam tiga minggu dan kami akan memberimu uang untuk misi ini dan saat kamu kembali."

Televisi Iran menayangkan pengakuan ini dengan alasan ancaman keamanan negara. Pada Mei lalu, Teheran juga mengumumkan telah menahan 30 anggota jaringan CIA. 15 dari mereka diindikasikan menjadi mata-mata Washington dan Israel. Berdasarkan hukum Iran, mereka bisa dihukum mati. (ren)
• VIVAnews                    

Iran: AS Tak Berhak Ikut Campur soal Hormuz Diancam dijatuhi sanksi, Iran balas mengancam menutup Selat Hormuz yang punya peran vital.

Selat Hormuz di Iran yang terkenal sebagai jalur minyak dunia. (Reuters/Xinhua)



VIVAnews – Isu Selat Hormuz semakin memperkeruh hubungan Iran dengan Amerika Serikat. Iran menegaskan, Negeri Paman Sam tak berhak mengomentari apapun tindakan yang mereka ambil terhadap Selat Hormuz.

“AS tidak memiliki kapasitas untuk menentukan apa yang harus kami lakukan terhadap Selat Hormuz,” kata Wakil Komandan Pasukan Revolusi Iran, Hossein Salami, seperti dimuat kantor berita Reuters, 29 Desember 2011. Menurutnya, ancaman terhadap Iran sudah seharusnya dibalas dengan ancaman pula.

Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Iran mengutarakan rencananya untuk menutup Selat Hormuz apabila Iran dilarang mengekspor minyak mentahnya sebagai bagian dari sanksi Prancis, Jerman, dan Inggris. Ketiga negara ini memang berniat menjatuhkan sanksi kepada Iran, karena menilai Iran kurang bekerjasama dalam program nuklir.

Iran pun bereaksi keras terhadap rencana sanksi tersebut. “Kami tak akan berhenti melanjutkan langkah apapun yang menurut kami strategis jika kepentingan Iran dikacaukan dengan cara apapun,” ujar Salami. Bukan kali ini saja Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz. Ancaman yang sama juga pernah dilontarkan mereka pada tahun 2008 dan 2010.

Saat ini, Iran masih terus menggelar latihan militernya di dekat Selat Hormuz guna mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan serangan yang muncul, utamanya dari AS dan Israel yang tidak bersepakat dengan Iran soal program nuklir Iran.

Selat Hormuz yang berlokasi di antara Teluk Oman dan Teluk Persia bernilai strategis karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan minyak bumi dan gas alam. Jika selat ini ditutup, maka harga minyak dunia akan melonjak dan perekonomian dunia akan terganggu. (eh)
• VIVAnews                    

Antisipasi Manuver AS, Iran Siaga Tempur Iran mengatakan, kehadiran AS di Teluk Persia hanya menimbulkan kekacauan.

Iran uji coba rudal anti radar (REUTERS/ Jamejamonline/ Ebrahim Norouzi)


VIVAnews - Kapal induk Amerika Serikat di perairan Timur Tengah melakukan pergerakan dari Teluk Persia menuju Laut Arabia sebelah utara. Pemerintah Iran mengatakan siap tempur jika AS berlaku macam-macam di wilayah perairan mereka.

Ancaman ini disampaikan oleh Komandan angkatan bersenjata Iran, Ataollah Salehi, dilansir dari CNN, Rabu 4 Januari 2012. Dia mengatakan bahwa angkatan laut Iran dalam posisi siaga tempur, untuk menghadapi kejadian yang tidak terduga.

"Iran tidak akan melakukan pergerakan yang irasional, tapi kami siap bereaksi dengan keras dalam menghadapi setiap ancaman," kata Salehi.

Salehi mengatakan bahwa pergerakan kapal induk AS, John C. Stennis, dan armada lainnya dari Teluk Persia menuju Laut Arabia terkait latihan yang dilakukan Iran di Selat Hormuz. Dalam latihan tersebut, Iran menembakkan beberapa rudal anti radarnya dan melakukan latihan tempur.

Salehi mengatakan sebaiknya kapal induk AS tidak kembali lagi ke Teluk Persia. Menurutnya, AS bukannya menciptakan perdamaian seperti yang mereka dengungkan, malah akan menimbulkan kerusakan. "Kehadiran mereka hanya akan menciptakan kekacauan, dan kami tidak ingin mereka ada di Teluk Persia," kata Salehi.

Pemerintah AS membantah bahwa mereka pindah dari Teluk Persia ke Laut Arabia untuk mengantisipasi dan mengawasi latihan perang Iran. Mereka mengatakan bahwa perjalanan kapal induk tersebut adalah kegiatan rutin yang telah direncanakan sebelumnya.

AS juga mengatakan masih akan terus kembali ke Teluk Persia, tidak peduli ancaman dari Iran. "Tugas militer AS di Teluk Persia akan terus dilanjutkan seperti puluhan tahun sebelumnya. Ini adalah komitmen kami dalam menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan," kata George Little, juru bicara Pentagon.

Perairan Timur Tengah mendapatkan perhatian internasional setelah Iran pada minggu lalu mengancam akan menutup Selat Hormuz jika diberi sanksi lagi. Selat yang berada di perairan Iran dan Oman ini merupakan akses utama perdagangan minyak mentah Arab ke seluruh dunia.

Sanksi atas Iran akan kembali dijatuhkan terkait program nuklir negara tersebut. Dugaan kepemilikan senjata nuklir semakin kuat setelah pada tahun lalu Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan laporan kemajuan teknologi Iran yang memungkinkan dibuatnya hulu ledak nuklir. (adi)
• VIVAnews