Jumat, 03 Februari 2012

Ahmadinejad: Amerika Jangan Campuri Mesir "Segera, seluruh dunia akan merasakan lezatnya dunia tanpa Zionis dan berandalan."

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (AP Photo/Kamran Jebreili)



VIVAnews - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyerukan negara-negara Barat tidak ikut campur pada permasalahan yang terjadi di Timur Tengah. Ia juga meramalkan, Timur Tengah yang baru di masa depan akan bebas dari campur tangan Amerika Serikat dan Israel.

"Dunia Barat, terutama Amerika Serikat, telah terlalu jauh mencampuri urusan perpolitikan di Mesir dan Tunisia," ujar dia dalam pidatonya di Lapangan Azadi Teheran, di hadapan ratusan ribu rakyat yang merayakan 32 tahun Revolusi Islam seperti dilansir laman PressTV, Jumat 11 Februari 2011.

Selain menyerukan Amerika Serikat tidak mencampuri urusan dalam negeri Mesir, Ahmadinejad juga menuntut negara tersebut menarik dukungannya terhadap negara zionis Israel.

"Jika kalian (AS) ingin memperbaiki kelakuan dan ingin agar negara-negara lain mempercayai kalian, pertama-tama kalian tidak boleh ikut campur urusan negara lain, terutama di Tunisia dan Mesir. Biarkan mereka membuat keputusan mereka sendiri," ujar Ahmadinejad.

Dia menambahkan, negara-negara Barat hanya mencoba terlihat baik dengan mencoba berteman dengan negara-negara di Afrika Utara, namun mereka mempunya niat yang jelek di balik itu.
Untuk itu, Ahmadinejad memperingatkan para pemuda di negara Arab untuk selalu waspada dan menetapkan tujuan mereka tanpa mau dipengaruhi. "Adalah hak mereka untuk bebas, hak mereka untuk mengekspresikan pendapat dan memilih rezim serta pemimpin mereka sendiri," kata dia.

Dia mengakui, kekuatan Israel dan AS telah berkurang, dan perlahan-lahan akan hilang pengaruhnya di negara-negara Timur Tengah yang baru.

"Walaupun dengan rencana setannya, namun dengan bantuan Tuhan dan pergerakan rakyat, Timur Tengah yang baru akan menjadi wilayah yang bebas dari AS dan rezim Zionis. Segera, seluruh dunia akan merasakan lezatnya dunia tanpa Zionis dan berandalan," ujar Ahmadinejad.
• VIVAnews

Parlemen Iran Minta Oposan Dihukum Mati Moussavi dan Karroubi merupakan penantang Mahmoud Ahmadinejad pada pemilu presiden 2009.

Demonstrasi kubu oposisi di Teheran, Iran (AP Photo


VIVAnews - Sejumlah anggota Parlemen Iran (Majlis) menuntut hukuman mati atas dua tokoh oposisi, Hossein Moussavi dan Mehdi Karroubi. Kedua orang itu dianggap sebagai otak demonstrasi selama dua hari, 14-15 Februari 2011, yang diwarnai baku hantam antara demonstran dan petugas keamanan sehingga menewaskan dua orang dan melukai puluhan lainnya.

Menurut stasiun berita Iran Press TV, yang juga stasiun berita CNN, para anggota Majlis mengutuk demonstrasi di Teheran sebagai ulah para pemimpin oposisi. Pada rekaman video yang ditayangkan oleh Press TV, terlihat para anggota parlemen meneriakkan tuntutan hukuman mati bagi kedua tokoh oposisi tersebut.

“Moussavi dan Karrubi harus dihukum mati! Hukum mati Moussavi! Hukum mati Karrubi!” ujar para anggota parlemen Iran. Moussavi dan Karroubi merupakan penantang Mahmoud Ahmadinejad pada pemilu presiden 2009.

Kedua tokoh itu menilai pemilu yang dimenangkan Ahmadinejad sarat dengan kecurangan. Mereka sejak Selasa kemarin menjalani tahanan rumah.

Beberapa anggota parlemen juga menuntut mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami, untuk dieksekusi mati. Tidak jelas apa andil Khatami dalam demonstrasi itu.

Khatami adalah presiden Iran sebelum Ahmadinejad. Dia merupakan seorang yang moderat dan mendukung kebebasan berekspresi dan toleransi serta mendorong pasar bebas selama memerintah Iran pada 1997-2005. Khatami juga merupakan pendukung gerakan oposisi yang berdemo pada 2009.

Iran tidak segan-segan mengeksekusi mati para tahanan. Menurut laporan PBB, pada bulan Januari saja, sebanyak 66 tahanan telah dihukum mati oleh pengadilan Iran. Kebanyakan adalah para pedagang narkoba, namun sedikitnya tiga orang tahanan politik telah dieksekusi pada awal tahun.

Demonstrasi Senin hingga Selasa kemarin awalnya digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap revolusi di Mesir dan Tunisia yang berhasil menggulingkan kedua kepala negara, namun demonstrasi berujung pada kecaman terhadap pemerintah. Hal ini membuat aparat keamanan yang bertugas bertindak tegas dengan melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru karet.

Parlemen juga mengatakan bahwa Inggris, Amerika Serikat dan Israel telah memperalat para tokoh oposisi ini untuk melakukan demonstrasi. Ketua parlemen Iran, Ali Larijani, mengatakan bahwa negara-negara tersebut telah menyesatkan para tokoh-tokoh oposisi Iran.

“Parlemen mengutuk Zionis Israel, Amerika Serikat, tindakan anti revolusi dan anti pemerintah yang dilakukan oleh hasutan yang menyesatkan,” ujar Larijani. “Bagaimana bisa lelaki baik-baik (Moussavi dan Karrubi), termakan jebakan yang dibuat oleh Amerika?” lanjut Larijani.
• VIVAnews

Ahmadinejad: Demonstran Jadi Musuh Negara “Ini adalah bukti kuat Iran punya musuh, karena Iran adalah negara yang tengah berkilau"

VIVAnews - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengecam keras demonstrasi menentang pemerintah di Teheran, Senin, 14 Februari 2011. Dia menganggap demonstrasi itu adalah ulah musuh negara, yang tidak akan membuat pemerintahan goyah.

Pada pernyataan yang disampaikannya melalui televisi, yang dilansir stasiun berita BBC, Selasa, 15 Februari 2011, Ahmadinehad mengatakan bahwa demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung oposisi, mantan calon presiden 2009 Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, tidak akan menghasilkan apa-apa dan hanya akan jalan di tempat.
Mahmoud Ahmadinejad (AP Photo/Vahid Salemi)

“Ini adalah bukti kuat bahwa Iran mempunyai musuh, karena Iran adalah negara yang tengah berkilau, menaklukkan puncak tantangan dan mengubah hubungan antar negara di dunia,” ujar Ahmadinejad.

“Tentu saja pemerintah akan mendapat banyak penentangan. Tapi mereka sadar kalau mereka tidak akan mendapatkan apa-apa,” lanjut mantan Walikota Teheran itu.

Demonstrasi berlangsung pada Senin hingga Selasa di Lapangan Enghelab dan Lapangan Imam Hossein, Teheran, diikuti oleh ribuan demonstran penentang pemerintah. Awalnya demonstrasi ini digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap revolusi di Mesir dan Tunisia, namun berubah menjadi demonstrasi mengecam pemerintahan Ahmadinejad.

Aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata, bentrokan pun tidak terhindari. Menurut laporan pemerintah, dua orang demonstran tewas dan beberapa lainnya terluka pada bentrokan tersebut. Dilaporkan juga, sembilan orang aparat keamanan terluka.

Ahmadinejad, yang kembali terpilih sebagai presiden pada pemilu 2009, mengatakan bahwa demonstrasi yang dilakukan para musuh negara ini adalah usaha untuk menodai kemajuan di Iran.

“Negara ini adalah matahari yang bersinar. Mereka mencoba untuk melemparkan abu ke matahari. Namun abunya akan kembali ke mata mereka sendiri,” ujar Ahmadinejad. (hs)
• VIVAnews                    

Obama: Iran Bersikap Mendua “Sangat ironis ketika rezim Iran bersikap seolah-olah merayakan apa yang terjadi di Mesir"

Barack Obama (AP Photo/Paul Sancya)



VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, menilai pemerintah Iran sebagai suatu ironi. Di satu sisi, rezim di Iran mendukung gelombang Revolusi Mesir, namun di sisi lain justru menindak keras atas aksi unjuk rasa di negaranya. 

Dalam demonstrasi di Teheran yang berlangsung 14-15 Februari lalu, Iran mengerahkan aparat keamanan untuk menindak para demonstran anti Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Bentrokan tak terhindarkan sehingga menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai puluhan lainnya.

“Sangat ironis ketika rezim Iran bersikap seolah-olah merayakan apa yang terjadi di Mesir, padahal mereka bertindak berlawanan dengan apa yang dilakukan di Mesir, dengan menembaki dan memukuli orang-orang yang mencoba untuk mengekspresikan aspirasi mereka dengan damai,” ujar Obama di Gedung Putih, Selasa 15 Februari 2011 waktu setempat, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press.

Obama merujuk pada pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Sabtu,12 Februari lalu yang menyatakan turut bergembira dengan kemenangan rakyat Mesir dalam menumbangkan rezim Presiden Hosni Mubarak. Ahmadinejad juga menyatakan dukungannya terhadap gerakan perlawanan di Mesir.

Menurut Obama, pernyataan Ahmadinejad itu terkesan ironis, karena rezimnya sendiri menentang pergerakan oposisi di dalam negeri. Aparat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet, serta menggempur demonstran dengan menggunakan tongkat.

“Harapan dan keinginan saya adalah kita dapat terus melihat rakyat Iran mempunyai keberanian untuk dapat mengekspresikan kerinduan mereka akan kebebasan dan pemerintahan yang lebih mewakili,” ujar Obama.

Obama juga menyerukan pemerintahan di Timur Tengah lebih mencermati perkembangan komunikasi melalui berbagai sosial media di internet. Dia mengatakan bahwa pemerintah setempat juga harus lebih mengerti tuntutan rakyat.

“Kami punya pesan yang kuat bagi negara-negara di Timur Tengah. Lihatlah apa yang terjadi di Mesir,” kata Obama.
• VIVAnews

Iran Tayangkan Pengakuan Mata-mata AS Amir Mirza disebut telah mendapat pelatihan intelijen di markas militer AS di Irak.

Amir Mirza Hekmati, diduga jadi mata-mata AS di Iran (reuters)



VIVAnews - Stasiun Televisi Pemerintah Iran memutar rekaman pengakuan seorang mata-mata Amerika Serikat, Amir Mirza Hekmati, yang ditangkap pekan lalu. Dalam rekaman itu, mata-mata berkebangsaan Iran tersebut mengaku telah dilatih badan intelijen Amerika.

Menteri Intelijen Iran pada Sabtu pekan lalu menyatakan telah menangkap agen CIA berkebangsaan Iran. Amir Mirza disebut telah mendapat pelatihan intelijen di markas militer Amerika di Irak dan Afganistan.

"Agen Amerika mengatakan pada saya, 'jika kamu sukses pada misi ini kami dapat melatihmu lebih lanjut', kami memberi kamu misi yang baru... Misi ini mengharuskan kamu ke Iran," demikian pengakuan Hekmati dalam rekaman yang diputar itu, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Dalam rekaman yang ditampilkan itu menunjukkan Hekmati tengah berada di markas militer Amerika. "Saya sedang berada di pusat mata-mata Bagram (Afganistan), saya pergi ke Dubai dan kemudian ke Teheran," kata Hekmati tanpa menyebutkan kapan perjalanan itu dia lakukan.

"Mereka berkata pada saya, 'Kamu akan menjadi sumber informasi militer dan intelijen dalam tiga minggu dan kami akan memberimu uang untuk misi ini dan saat kamu kembali."

Televisi Iran menayangkan pengakuan ini dengan alasan ancaman keamanan negara. Pada Mei lalu, Teheran juga mengumumkan telah menahan 30 anggota jaringan CIA. 15 dari mereka diindikasikan menjadi mata-mata Washington dan Israel. Berdasarkan hukum Iran, mereka bisa dihukum mati. (ren)
• VIVAnews                    

Iran: AS Tak Berhak Ikut Campur soal Hormuz Diancam dijatuhi sanksi, Iran balas mengancam menutup Selat Hormuz yang punya peran vital.

Selat Hormuz di Iran yang terkenal sebagai jalur minyak dunia. (Reuters/Xinhua)



VIVAnews – Isu Selat Hormuz semakin memperkeruh hubungan Iran dengan Amerika Serikat. Iran menegaskan, Negeri Paman Sam tak berhak mengomentari apapun tindakan yang mereka ambil terhadap Selat Hormuz.

“AS tidak memiliki kapasitas untuk menentukan apa yang harus kami lakukan terhadap Selat Hormuz,” kata Wakil Komandan Pasukan Revolusi Iran, Hossein Salami, seperti dimuat kantor berita Reuters, 29 Desember 2011. Menurutnya, ancaman terhadap Iran sudah seharusnya dibalas dengan ancaman pula.

Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Iran mengutarakan rencananya untuk menutup Selat Hormuz apabila Iran dilarang mengekspor minyak mentahnya sebagai bagian dari sanksi Prancis, Jerman, dan Inggris. Ketiga negara ini memang berniat menjatuhkan sanksi kepada Iran, karena menilai Iran kurang bekerjasama dalam program nuklir.

Iran pun bereaksi keras terhadap rencana sanksi tersebut. “Kami tak akan berhenti melanjutkan langkah apapun yang menurut kami strategis jika kepentingan Iran dikacaukan dengan cara apapun,” ujar Salami. Bukan kali ini saja Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz. Ancaman yang sama juga pernah dilontarkan mereka pada tahun 2008 dan 2010.

Saat ini, Iran masih terus menggelar latihan militernya di dekat Selat Hormuz guna mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan serangan yang muncul, utamanya dari AS dan Israel yang tidak bersepakat dengan Iran soal program nuklir Iran.

Selat Hormuz yang berlokasi di antara Teluk Oman dan Teluk Persia bernilai strategis karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan minyak bumi dan gas alam. Jika selat ini ditutup, maka harga minyak dunia akan melonjak dan perekonomian dunia akan terganggu. (eh)
• VIVAnews                    

Antisipasi Manuver AS, Iran Siaga Tempur Iran mengatakan, kehadiran AS di Teluk Persia hanya menimbulkan kekacauan.

Iran uji coba rudal anti radar (REUTERS/ Jamejamonline/ Ebrahim Norouzi)


VIVAnews - Kapal induk Amerika Serikat di perairan Timur Tengah melakukan pergerakan dari Teluk Persia menuju Laut Arabia sebelah utara. Pemerintah Iran mengatakan siap tempur jika AS berlaku macam-macam di wilayah perairan mereka.

Ancaman ini disampaikan oleh Komandan angkatan bersenjata Iran, Ataollah Salehi, dilansir dari CNN, Rabu 4 Januari 2012. Dia mengatakan bahwa angkatan laut Iran dalam posisi siaga tempur, untuk menghadapi kejadian yang tidak terduga.

"Iran tidak akan melakukan pergerakan yang irasional, tapi kami siap bereaksi dengan keras dalam menghadapi setiap ancaman," kata Salehi.

Salehi mengatakan bahwa pergerakan kapal induk AS, John C. Stennis, dan armada lainnya dari Teluk Persia menuju Laut Arabia terkait latihan yang dilakukan Iran di Selat Hormuz. Dalam latihan tersebut, Iran menembakkan beberapa rudal anti radarnya dan melakukan latihan tempur.

Salehi mengatakan sebaiknya kapal induk AS tidak kembali lagi ke Teluk Persia. Menurutnya, AS bukannya menciptakan perdamaian seperti yang mereka dengungkan, malah akan menimbulkan kerusakan. "Kehadiran mereka hanya akan menciptakan kekacauan, dan kami tidak ingin mereka ada di Teluk Persia," kata Salehi.

Pemerintah AS membantah bahwa mereka pindah dari Teluk Persia ke Laut Arabia untuk mengantisipasi dan mengawasi latihan perang Iran. Mereka mengatakan bahwa perjalanan kapal induk tersebut adalah kegiatan rutin yang telah direncanakan sebelumnya.

AS juga mengatakan masih akan terus kembali ke Teluk Persia, tidak peduli ancaman dari Iran. "Tugas militer AS di Teluk Persia akan terus dilanjutkan seperti puluhan tahun sebelumnya. Ini adalah komitmen kami dalam menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan," kata George Little, juru bicara Pentagon.

Perairan Timur Tengah mendapatkan perhatian internasional setelah Iran pada minggu lalu mengancam akan menutup Selat Hormuz jika diberi sanksi lagi. Selat yang berada di perairan Iran dan Oman ini merupakan akses utama perdagangan minyak mentah Arab ke seluruh dunia.

Sanksi atas Iran akan kembali dijatuhkan terkait program nuklir negara tersebut. Dugaan kepemilikan senjata nuklir semakin kuat setelah pada tahun lalu Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan laporan kemajuan teknologi Iran yang memungkinkan dibuatnya hulu ledak nuklir. (adi)
• VIVAnews

Iran Vonis Mati "Mata-mata" CIA Terdakwa menolak tuduhan jaksa, bahwa ia ingin mencelakakan Iran. "Saya ditipu CIA."

Amir Mirza Hekmati, terdakwa mata-mata AS (reuters)





VIVAnews -- Seorang pria warga Amerika Serikat divonis mati oleh pengadilan Teheran, Iran karena dianggap terbukti bekerjasama dengan CIA. Namun, AS meminta pria keturunan Iran itu dibebaskan karena tuduhan yang dikenakan padanya salah.

Terdakwa, Amir Mirzai Hekmati mengakui ia memiliki hubungan dengan CIA, namun tidak pernah berniat mencelakai Iran. Keluarganya di AS pun mengatakan, kepergiannya ke Iran adalah untuk menemui neneknya.

Seperti dimuat kantor berita BBC Senin 9 Januari 2012, dalam persidangannya Desember lalu, para jaksa juga mengutip pernyataan Hekmati yang disiarkan televisi nasional beberapa waktu sebelumnya. Saat itu Hekmati mengakui kalau ia memang berusaha menginfiltrasi intelijen Iran demi CIA.

"Saya ditipu CIA. Walaupun saya ditunjuk untuk masuk ke sistem intelijen Iran dan menjadi narasumber CIA, saya tidak memiliki niatan untuk mengacaukan Iran," demikian testimoni Hekmati seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA.

Iran menuduh pria berusia 28 tahun ini menerima pelatihan mata-mata AS di Afganistan dan Irak sebelum dikirim ke Iran dan memiliki akses terhadap dokumen rahasia. Hekmati sendiri sebenarnya pernah menjadi Marinir AS pada 2001 hingga 2005 sebagai penerjemah bahasa Arab.

Sementara itu, keluarga Hekmati berkata telah berusaha menyewa 10 pengacara berbeda di Iran untuk membela pria itu karena menilai vonis Iran terlalu dibuat-buat. Usaha mereka sia-sia karena seperti dilansir CNN, saat ini Hekmati didampingi oleh pengacara yang ditunjuk pemerintah Iran.

"Menurut standar apapun, tindakan ini tak dapat dibenarkan seiring dengan berjalannya proses hukum. Kami tak akan berhenti mendoakan keadilan bagi Amir, dan mengharapkan adanya dialog dengan Iran sehingga Amir bisa kembali pulang," demikian bunyi pernyataan dari keluarga Hekmati.
• VIVAnews                    

Ahmadinejad-Castro Bertemu Selama 2 Jam Kuba adalah negara ketiga yang didatangi Ahmadinejad dalam tur Amerika Selatannya.

Mahmoud Ahmadinejad (kiri) bertemu Fidel Castro  





VIVAnews - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bertemu dengan Mantan Presiden Kuba Fidel Castro dalam turnya ke Amerika Latin pada Rabu pekan ini. Dalam pertemuan tersebut, keduanya saling bertukar pikiran soal peran dan ancaman dari Amerika Serikat.

Ditemui di bandara saat hendak bertolak dari Kuba menuju Ekuador, Kamis 12 Januari 2012, Ahmadinejad ditemani Presiden Kuba Raul Castro mengatakan senang melihat kondisi Fidel Castro yang masih sehat. "Saya senang melihat comandante sehat dan sangat prima," kata Ahmadinejad.

Raul mengatakan bahwa Ahmadinejad bertemu kakaknya, Fidel, selama dua jam pada Rabu. Fidel Castro sendiri mengundurkan diri pada 2006 karena sakit yang dideritanya. Saat ini, Fidel aktif menulis essay soal situasi yang tengah terjadi di seluruh dunia.

"Pertemuan itu membuktikan otak Fidel masih bekerja dengan baik," kata Raul.

Pada pertemuan dua jam tersebut, kata Raul, sebagian besar membicarakan konflik AS, Israel dan Iran. Fidel memperingatkan Ahmadinejad, konflik dengan AS dan Israel dapat mengarah kepada bencana nuklir.

Ahmadinejad menghargai dukungan Fidel, namun tidak khawatir akan terjadi bencana. Dia mengatakan bahwa Barat tidak akan berani menyerang Iran. Posisi ini tahun lalu juga pernah disampaikan oleh pemerintah Iran dalam sebuah pernyataan.

Baik Iran dan Kuba adalah dua negara bersahabat yang menjadi musuh bebuyutan AS. Kedua negara ini juga kerap dihantam sanksi oleh AS dan para sekutunya. Dalam pertemuan antara Ahmadinejad dengan Raul Castro, keduanya meneguhkan posisi mereka sebagai negara mitra dan memiliki posisi yang sama.

"Kami memiliki kesamaan di banyak hal. Kami akan selalu bersahabat satu sama lain," kata Ahmadinejad.

Kuba adalah negara ketiga di Amerika Latin yang dikunjungi Ahmadinejad dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, dia telah mengunjungi Venezuela dan Nikaragua. Setelah Kuba, Ekuador akan menjadi negara terakhir yang dia kunjungi.

Tiba di Ekuador, Ahmadinejad disambut hangat oleh Presiden Rafael Correa. Keduanya kemudian melakukan makan malam kenegaraan di istana presiden. Dalam pidato singkatnya di acara tersebut, Ahmadinejad mengatakan bahwa saat ini adalah eranya rakyat.
"Era imperialisme telah mati dan arogansi global telah dikalahkan. Era rakyat telah dimulai," kata dia.
• VIVAnews                    

Presiden Iran Akan Temui Presiden Kuba Ahmadinejad mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas Havana.

Mahmoud Ahmadinejad salaman dengan Wakil Presiden Kuba Esteban Lazo disaksikan Rektor Universitas Havana (REUTERS/ Enrique de la Osa)





VIVAnews - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad melanjutkan lawatan Amerika Latinnya ke negeri komunis, Kuba. Pada hari Rabu, 11 Januari 2012, Ahmadinejad tiba di Havana dan langsung menuju Universitas Havana untuk memberikan pidato.

Sebelum berpidato, Universitas Havana menganugerahi Ahmadinejad gelar doktor kehormatan di bidang ilmu politik. Rektor menyatakan, Ahmadinejad memperkuat hubungan Kuba dan negara-negara Amerika Latin lainnya serta "kukuh memperjuangkan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri."

Dalam pidatonya, Ahmadinejad tak lupa menyampaikan pernyataan mengenai pemboman ilmuwan nuklir Iran di Teheran pada Rabu pagi. Iran menuduh Israel dan Amerika Serikat di balik aksi tersebut, karena menentang program nuklir Iran.

Ahmadinejad menyatakan, Iran dihukum tanpa alasan. "Apakah kami telah menyakiti seseorang? Apakah kami menginginkan lebih dari yang seharusnya kami miliki? Tak pernah, tak pernah. Kami hanya meminta hak berbicara dan menuntut keadilan," kata Ahmadinejad.

Ahmadinejad direncanakan akan bertemu Presiden Kuba Raul Castro, setelah sebelumnya disambut salah satu Wakil Presiden Kuba Esteban Lazo di Bandara Jose Marti.

Kuba menjadi sasaran lawatan ketiga Ahmadinejad di Amerika Latin, untuk menunjukkan dukungan yang diperolehnya dari negeri-negeri yang dipimpin kalangan kiri seperti Venezuela, Nikaragua, Kuba dan Ekuador. Ekuador akan dikunjungi Ahmadinejad setelah dari Kuba.

Empat negara ini memang dikenal antipati dengan Amerika Serikat dan memiliki hubungan ekonomi-politik dengan Iran. Negara-negara Amerika Latin ini juga mendukung hak Iran untuk mengembangkan energi nuklir, meski Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya mencoba menghambat itu.
Reuters
• VIVAnews                    

NATO Minta Iran Jaga Suplai Energi Dunia

Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen (Reuters/Hazir Reka)



VIVAnews - NATO menyerukan Iran untuk menjaga keamanan pasokan energi dunia dengan tetap membuka akses di Selat Hormuz. NATO khawatir terhadap ancaman Iran yang akan menutup jalur utama pelayaran tersebut jika diberi sanksi oleh AS.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen di Brussel, Belgia, dilansir dari Reuters, Rabu 18 Januari 2012. Dia mengatakan bahwa yang terpenting bagi dunia saat ini adalah memastikan suplai energi melalui akses laut tetap terjaga.

Dia berharap Iran dapat menjamin keamanan di selat tersebut, demi terpenuhinya kebutuhan energi dunia. "Saya ingin menegaskan bahwa pemerintah Iran memiliki tugas sebagai aktor internasional yang bertanggung jawab di bawah hukum internasional," kata Rasmussen.

Selain itu, Rasmussen juga menjawab kekhawatiran Iran soal campur tangan Barat di selat Hormuz. Dia mengatakan bahwa militer Barat tidak memiliki rencana menurunkan kekuatan mereka di jalur utama ketiga ekspor minyak tersebut.

Sebelumnya, Iran mengancam akan menutup selat Hormuz jika AS menerapkan sanksi terhadap industri mereka. Sanksi terbaru ini ditandatangani oleh Barack Obama pada awal tahun menyusul laporan IAEA soal senjata nuklir Iran.

Setiap harinya, 17 juta barel minyak dikirimkan melalui selat ini ke seluruh dunia. Selat selebar 4 mil antara Oman dan Iran ini merupakan jalur utama bagi Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak dalam membawa gas cair alami dari Qatar.

Untuk mengatasi perbedaan pandangan soal nuklir Iran, Turki telah menyatakan kesiapannya menjadi tuan rumah perundingan lanjutan antara Iran, AS dan Uni Eropa. Hal ini telah disampaikan oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu dalam pertemuannya dengan Rasmussen.

"Dalam kunjungan saya ke Teheran, Iran telah menyatakan siap memulai kembali pembicaraan. Sebelumnya, saya telah berbicara dengan perwakilan Uni Eropa untuk urusan luar negeri, Catherine Ashton, kedua pihak telah siap untuk berunding," kata Davutoglu.
• VIVAnews                    

Iran: Eropa Pancing Perang Urat Syaraf Itu reaksi atas keputusan Uni Eropa - yang mengikuti AS - melarang impor minyak dari Iran

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (Press TV)





VIVAnews - Iran menuduh Uni Eropa mulai melancarkan "perang urat syaraf" setelah mereka mengikuti AS melarang impor minyak dari negeri Teluk Parsi itu. Barack Obama pun mengisyaratkan bahwa akan ada tambahan sanksi lagi dari AS untuk menanggapi "ancaman serius terkait program nuklir Iran."

Menurut kantor berita Reuters, Iran langsung bereaksi keras begitu mendengar Uni Eropa sepakat menjatuhkan larangan impor minyak. "Sanksi Uni Eropa atas minyak Iran merupakan perang urat syaraf," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast. "Penerapan sanksi ekonomi itu tidak logis dan tidak adil, namun tidak akan menghentikan bangsa kami memperoleh hak-haknya [mengolah nuklir]," lanjut Mehmanparast.

Kementerian Perminyakan Iran pun mengaku tidak kaget atas sanksi itu. "Kementerian sudah sejak lama mengantisipasinya dan sudah siap dengan berbagai cara untuk menanggulangi berbagai tantangan," demikian pernyataan Kementerian Perminyakan Iran, yang dikutip kantor berita IRNA.

Sebelumnya Uni Eropa menyetujui pelarangan semua kontrak minyak dari Iran, termasuk pembelian dan pengapalan. Negara-negara Uni Eropa yang masih terikat kontrak impor minyak dengan Iran diberi waktu hingga 1 Juli untuk menerapkan sanksi itu.

Uni Eropa juga sepakat untuk membekukan aset-aset milik bank sentral Iran. Selain itu, UE melarang anggotanya berdagang emas dan produk metal lainnya dengan bank atau institusi Iran. Sama seperti sikap AS, sanksi dari UE ini untuk memaksa Iran agar menghentikan pengolahan teknologi nuklir, karena dikhawatirkan bisa jadi senjata pemusnah massal.

Iran sendiri berkali-kali membantah kecurigaan negara-negara Barat itu. Mereka menyatakan berhak mengolah nuklir untuk menjadi sumber energi alternatif, bukan untuk senjata.
• VIVAnews                    

Minyak Naik, Pemerintah Pantau Selat Hormuz Pemerintah telah memiliki cadangan fiskal dari berbagai sumber.

Selat Hormuz, jalur minyak dunia di Iran (Reuters/Xinhua)





VIVAnews- Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak dunia khususnya dengan keadaan Selat Hormuz yang tengah memanas. Kondisi Selat Hormuz berpotensi menaikan harga minyak dunia yang akan memberi tekanan fiskal.

Menurut Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, untuk mengantisipasi hal tersebut Indonesia telah memiliki dana cadangan resiko fiskal. Dana ini diperuntukan sebagai antisipasi perubahan asumsi yang telah diperkirakan.

Agus menjelaskan pemerintah memiliki cadangan fiskal Rp15 triliun, cadangan sosial Rp40 triliun, cadangan dalam bentuk subsidi non BBM sebesar Rp40 triliun, cadangan beras Rp2 triliun.

"Ini belum termasuk mencari pinjaman khusus untuk ketahanan pangan yang dimungkinkan Undang Undang," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 24 Januari 2012.

Pemerintah juga telah mempersiapkan rencana perubahan anggaran apabila terjadi perubahan asumsi yang tertuang dalam APBN-P nanti. "Kalau harga minyak tinggi dan itu berimplikasi kepada anggaran, kita akan ajukan APBN-P," tuturnya.

Selain dari sisi fiskal, tambahnya, pemerintah turut terus berupaya menggenjot sektor rill nasional apabila terjadi implikasi dari perubahan kondisi global.

"Kita mau meyakinkan riil sector kita bergerak dan meyakinkan ada social security bagi masyarakat kita khususnya yang miskin," terangnya.

Sumber : Vivanews.com

Lawan Iran, AS Didesak Beri Rudal ke Israel Tambahan senjata Israel diharapkan dapat memberikan ancaman kepada Iran.

Pesawat jet menjatuhkan rudal penghancur bunker (Reuters Photo)



VIVAnews - Amerika Serikat didesak untuk menghibahkan ratusan rudal penghancur bunker kepada Israel untuk menghadapi kemungkinan perang dengan Iran. Bom-bom ini diharapkan mampu menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang diduga terletak di bawah tanah.

Desakan ini disampaikan oleh Bipartisan Policy Center's National Security Project, sebuah lembaga think-tank di Washington, Kamis 2 Februari 2012. Dilansir dari The Age, lembaga yang dipimpin oleh mantan Senator Demokrat dari Virginia, Charles Robb, dan pensiunan Jenderal Charles Wald, ini meminta pemerintah AS memberikan tambahan 200 rudal penghancur bunker tipe GBU-31 dan dua atau tiga pesawat pengisi bahan bakar KC-135.

Saat ini Israel telah memiliki sekitar 100 rudal penghancur bunker tipe GBU-28. Namun, ujar lembaga ini, tambahan ratusan rudal GBU-31 yang memiliki pelacak GPS Boeing akan memberikan presisi lebih mantap dalam penyerangan.

Menurut mereka, tambahan persenjataan ini diperlukan Israel di tengah ancaman yang semakin nyata dari Iran. Mereka mengatakan dengan persenjataan yang kuat, akan memberi sinyal pada Iran bahwa dua sekutu, yaitu AS dan Israel, dapat menghancurkan Iran dengan mudah. Hal ini dimaksudkan agar Iran mau kembali ke meja perundingan.

"Kami tidak menyarankan Israel menyerang Iran, tapi kami yakin dengan adanya ancaman dari Israel dapat memberikan tekanan pada Iran untuk bernegosiasi," kata lembaga ini dalam pernyataannya.

kekhawatiran akan program nuklir Iran meningkat pasca dikeluarkannya laporan IAEA akhir tahun lalu. Menurut mereka, Iran telah memiliki teknologi dan pengetahuan dalam pembuatan senjata nuklir. Disinyalir, Iran mampu memproduksi uranium yang tepat untuk senjata dalam waktu dua bulan.

Menyusul laporan tersebut, Presiden Amerika Serikat Barack Obama awal tahun ini menandatangani paket embargo baru terhadap minyak Iran. Jika didukung penuh oleh seluruh negara sekutu AS, maka Iran tidak akan mampu menjual minyaknya kepada siapapun.

Bipartisan Policy Center mengatakan, sanksi saja tidak cukup. Mereka menegaskan perlu adanya strategi "tiga lapis" untuk mengalahkan Iran, yaitu diplomasi, sanksi ekonomi, dan persiapan agresi militer.

Namun memberikan persenjataan kepada Israel dianggap bukan cara yang bijaksana. Alireza Nader, ahli politik dari lembaga Rand Cooperation mengatakan, memberikan senjata ke Israel adalah kesalahan besar.

"Langkah ini kontraproduktif. Hal ini justru memberikan alasan pemerintah Iran untuk mempercepat program nuklir mereka. Iran akan membuat senjata yang dapat mengalahkan rudal AS dan Israel," kata Nader. (umi)
• VIVAnews                    

AS: Israel Serang Iran Paling Lambat Juni Israel menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman utama bagi keamanan negara.

Menteri Pertahanan AS Leon Panetta (REUTERS/Kevin Lamarque)





VIVAnews - Kekhawatiran Israel atas program nuklir Iran akan mencapai puncaknya pada tahun ini. Jika sudah demikian, Israel diprediksi akan menyerang Iran dalam waktu beberapa bulan lagi, kemungkinan antara April dan Juni mendatang.

Dilansir dari Reuters, Kamis 2 Februari 2012, hal ini ditulis di artikel wartawan The Washington Post, David Ignatius. Pernyataan Panetta ini juga telah dikonfirmasi oleh seorang pejabat pemerintah Obama yang tidak disebutkan namanya kepada CNN.
"Panetta yakin, ada indikasi kuat Israel akan menyerang Iran pada bulan April, Mei, atau Juni - sebelum Iran memasuki apa yang disebut Israel sebagai "zona imunitas" dalam membuat bom nuklir," kata Ignatius dalam artikel yang ditulisnya.

Israel, kata Panetta, meyakini Iran akan memiliki persediaan uranium yang cukup di fasilitas bawah tanahnya untuk membuat senjata. Jika sudah terjadi perang antara Iran dan Israel, hanya AS yang dapat menghentikannya.

"Israel khawatir Iran akan memiliki uranium yang telah dikayakan di fasilitas bawah tanah untuk membuat senjata. Dan hanya Amerika Serikat yang dapat menghentikan mereka dengan militer," kata Ignatius mengutip Panetta.

Pernyataan Panetta ini berlawanan dengan komentar Menhan Israel Ehud Barak beberapa pekan lalu yang mengatakan bahwa keputusan militer terhadap Iran masih sangat jauh. Kemarin, Barak juga mengatakan bahwa isu Iran tidak mendesak dan setiap aksi militer tidak akan membuahkan hasil.

Kekhawatiran adanya serangan dari Israel menyusul laporan IAEA yang mengatakan bahwa Iran selangkah lagi dari membuat senjata nuklir. Israel menganggap nuklir Iran sebagai ancaman utama keamanan negara dan berulangkali mengatakan akan menggunakan kekuatan militer untuk mencegah hal tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang program nuklir Iran, padahal di antara negara-negara Timur Tengah, Israel diyakini adalah satu-satunya pemilik senjata nuklir. Kendati mendapatkan sanksi dan embargo dari berbagai negara, Iran bersikeras program nuklirnya untuk tujuan damai. (eh)

Sumber: vivanews.com

kemanan maritim RI (ilustrasi)





REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PErtemuan Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Djohari Kansil dengan Deputi Kanselor Politik KEdutaan Amerika Serikat di Jakarta, Daniel Rochman dan Kapten Adriaan J Jansen dari Angkatan Laut AS pada Selasa (24/1) lalu mengejutkan DPR. Dalam pertemuan itu, terungkap penawaran bantuan pengamanan maritim dari AS.

Ketua Komisi I DPR Mahfud Siddiq meminta pemerintah pusat agar menertibkan Wagub Sulut. Menurut Mahfudz, urusan itu bukan menjadi kewenangan pemerintah daerah, melainkan pemerintah pusat melalui kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan.

"Bisa kacau negara kalau pemda bisa secara langsung bicara soal kerjasama dengan pihak luar negeri. Apalagi menyangkut masalah pertahanan dan keamanan," katanya di Jakarta, Rabu (1/2).

Tak hanya harus menertibkan pemerintah provinsi Sulawesi Utara, Mahfudz juga meminta agar kementerian luar negeri melakukan klarifikasi masalah ini ke pihak kedutaan besar AS di Jakarta.

Pasalnya, urusan pengamanan wilayah perbatasan adalah tugas dan tanggung jawab negara. Karenanya, kerja sama dalam masalah ini harus melalui nota kerjasama antar negara. Serta didasari kebutuhan mendesak dan saling menguntungkan.

Politisi PKS tersebut menambahkan, di tengah kebijakan politik luar negeri dan keamanan AS yang mulai fokus ke kawasan Asia Pasifik, Indonesia harus mampu tegaskan posisi bebas aktifnya dan peran ciptakan keseimbangan dinamis. Apalagi, AS punya banyak kepentingan politik, ekonomi dan keamanan di sekitar kawasan Indonesia.

"Pastinya akan gunakan negara-negara aliansi dan non-aliansi tapi bersahabat untuk jembatani kepentingannya. Apapun bentuk kerjasama Indonesia dengan AS harus dilakukan atas dasar kepentingan nasional dan juga stabilitas kawasan," pungkas dia.


Sumber :Republika.co.id

Inilah Bantuan Militer AS untuk Keamanan Maritim Indonesia

Inilah Bantuan Militer AS untuk Keamanan Maritim Indonesia
kemanan maritim RI (ilustrasi)



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dari tahun anggaran  2006 hingga 2008, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan bantuan  dana sebesar 57 juta dolar AS atau sekitar Rp 510 miliar lebih melalui  the National Defense Authorization Act Section 1206. Bantuan itu untuk mendukung Indonesia dalam membuat sebuah sistem pengawasan maritim terpadu atau IMSS. 

Sistem pengawasan tersebut ditempatkan di beberapa lokasi strategis, seperti Selat Malaka, Laut Sulawesi, dan Selat Maluku.

Pengoperasian IMSS secara penuh akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mendeteksi, melacak, serta memantau kapal-kapal yang melewati perairan Indonesia dan internasional. 

"Kemampuan seperti ini sangat penting untuk memerangi pembajakan, penangkapan ikan secara ilegal, penyelundupan, dan terorisme baik di dalam perairan wilayah Indonesia maupun di perbatasan," kata laman Kedutaan Besar AS untuk Indonesia seperti dikutip Republika, Rabu (1/2).

IMSS  juga membantu untuk mencapai tujuan AS dan Indonesia di bidang maritim, seperti yang telah dicanangkan dalam  Kemitraan Komprehensif, serta menjadikannya sebuah contoh untuk kerjasama multilateral dengan Malaysia dan Filipina.

IMSS adalah jaringan terintegrasi antara kapal dengan pantai berbasiskan sensor, perangkat komunikasi, dan komputasi dengan  mengumpulkan, mengirimkan, menganalisis dan menampilkan larik yang luas mengenai data kelautan. Dalam sistem ini, juga termasuk sistem identifikasi otomatis (AIS), radar permukaan, kamera pengintai, sistem pemosisi global (GPS), monitor peralatan, dan transmisi radio lalu lintas maritim di daerah operasional yang luas.

“Kemampuan melakukan sensor berulang-ulang dan banyakanya jalur komunikasi yang tersedia membuat IMSS menjadi sebuah sistem yang kuat dan handal.” 

IMSS secara resmi diserahkan kepada Pemerintah Indonesia setelah dilakukan uji coba  di Surabaya tanggal 25 Oktober 2011. IMSS dioperasikan oleh Angkatan Laut Indonesia, yang terdiri dari 18 Stasiun Pengawasan Pesisir (CSS), 11 Kapal berbasis radar, dua Pusat Komando Daerah, dan dua Pusat Komando Armada (Jakarta dan Surabaya).

Pemerintah AS tetap berkomitmen untuk meningkatkan kewaspadaan di wilayah perairan ini, dan telah mengalokasikan dana tambahan sebesar 4,6 juta dolar AS untuk pemeliharaan hingga 2014.


Sumber:Republika.co.id

Rektor Unhan: Pembelian Tank Leopard Tepat



Rektor Unhan: Pembelian Tank Leopard Tepat
Tank Leopard 2A6





REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Secara kajian pertahanan, TNI AD saat ini membutuhkan main battle tank alias tank tempur utama Leopard 26A. Karena itu, dinilai langkah yang tepat kebijakan Mabes TNI AD yang ingin membeli 100 unit tank Leopard dari pemerintah Belanda. 

"Tank ini bisa menjangkau sasaran yang diinginkan secara presesi. Kita butuh tank ini, untuk mengembangkannya di masa depan," ujar Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Letjen Syarifudin Tippe, di Jakarta, Kamis (2/2).

Dia menjelaskan, banyak pihak meragukan efektivitas Leopard ditinjau dari geografis Indonesia. Syarifudin bisa memahami kegusaran para pengamat yang mengkritik tank Leopard tidak tepat dibeli sebab beratnya mencapai 60 ton. Sehingga dikhawatirkan merusak jalan dan jembatan yang kualitasnya tidak sekuat luar negeri. Pandangan seperti ini, imbuhnya, bisa diterima dan masuk akal.

Meski begitu, pihaknya menyatakan, awal pembuatan Leopard didesain agar bisa beroperasi di segala medan. Sehingga cara melihatnya harus diproyeksikan untuk menghadapi medan peperangan, tidak semata mempermasalahkan penempatannya di Jakarta dan Surabaya. 

"Kita jangan spektis melihat permasalahan. Tank ini bisa di segala medan dan tidak masalah digunakan seperti tank dalam Perang Dunia Kedua," terang Syarifuddin.


Sumber: republika.co.id

Sesuai Kajian Pertahanan, TNI-AD Butuh 'Leopard'



Sesuai Kajian Pertahanan, TNI-AD Butuh 'Leopard'
Tank Leopard 2A6





REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Letjen Syarifudin Tippe menyatakan, dalam kajian pertahanan, TNI Angkatan Darat membutuhkan pengadaan Main Battle Tank (MBT) Leopard 2A6 karena tank bekas asal Belanda itu memiliki teknologi yang canggih.

"Tank ini bisa menjangkau sasaran yang diinginkan secara presisi. Kita butuh tank ini, untuk mengembangkannya di masa depan," kata Letjen Syarifudin Tippe, di Jakarta, Kamis (2/2).

Rencana pembelian 100 unit tank Leopard dari pemerintah Belanda merupakan keputusan yang tepat.

Menanggapi banyaknya kritikan yang menyatakan pembelian Leopard tidak tepat karena tidak sesuai dengan kondisi geografis Indonesia dan beratnya mencapai 60 ton, Syarifuddin menilai pendapat ini dapat diterima dan masuk akal.

Menurut dia, awal pembuatan Leopard didesain agar bisa beroperasi di segala medan, sehingga cara melihatnya harus diproyeksikan untuk menghadapi medan peperangan dan tidak semata mempermasalahkan penempatannya di Jakarta dan Surabaya.

"Kita jangan skeptis melihat permasalahan. Tank ini bisa di segala medan dan tidak masalah digunakan seperti tank dalam Perang Dunia Kedua," ujar Syarifudin.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menegaskan rencana pembelian 100 unit tank jenis Leopard asal Belanda untuk memperkuat alutsista TNI AD belum diputuskan karena masih dalam proses perundingan.

"Kita ini sedang mencari yang sesuai dengan permintaan prajurit di lapangan serta anggaran yang tersedia," kata Pramono Edhie di sela-sela Rapat Pimpinan TNI Angkatan Darat Tahun 2012.


Sumber.ANTARA

Pengembangan Tiga Komando Armada RI Selesai 2014




JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno mengatakan pengembangan Armada RI menjadi tiga Komando Wilayah Laut (Kowila), diharapkan selesai pada 2014.

"Masih dikaji dan jika perlu pengembangan Armada RI juga sejalan dengan pengembangan organisasi di TNI AU dan TNI AD sehingga kita bersama-sama," katanya ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa (24/1).

Ditemui usai membuka Rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut 2012, Soeparno mengatakan pengembangan armada RI itu akan berjalan sesuai tahapan skala prioritas yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI Angkatan Laut (AL) hingga 2024.

Ia mengatakan, pengembangan Armada RI menjadi tiga komando wilayah didasarkan pada luas wilayah perairan nasional yang cukup luas dan kondisi lingkungan strategis yang tengah berkembang.

Selain itu, pengembangan komando wilayah laut dari saat ini dua komando, Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan Komando RI Kawasan Timur (Koarmatim), menjadi tiga komando wilayah laut, merupakan penjabaran dari renstra TNI AL hingga 2024 untuk mewujudkan TNI AL yang besar, kuat dan profesional, lanjutnya.


Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Soeparno (tengah), Wakil Kasal, Laksamana Madya TNI, Marsetio (kiri), dan Asisten Pengamanan Kasal, Laksamana Muda TNI, I Putu Yuli Adnyana (kanan), saat Rapat Pimpinan TNI AL di Cilangkap, Jakarta, Selasa (24/1). (Foto: ANTARA/ Ujang Zaelani)

Terkait pergeseran fokus kekuatan Amerika Serikat ke Asia Pasifik, salah satunya dengan penempatan pasukan Marinirnya di Darwin yang berdampak meningkatnya pelayaran kapal-kapal militer asing terutama melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia II dan III, Kasal menilai masih bisa diantisipasi dengan pengamanan oleh Komando Armada RI Kawasan Barat dan Komando Armada RI Kawasan Timur.

"Kekuatan di dua komando armada yang telah ada itu kan bisa dimobilisasi, sesuai kebutuhan. Dan dengan tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Forces/MEF) maka semua bisa dikoordinasikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat ancaman yang dihadapi, dan perkembangan lingkungan strategis yang ada," kata KSAL menambahkan.

Tetapi, lanjut Soeparno, pihaknya berharap pengembangan armada tersebut dapat diselesaikan pada 2014.

Direncanakan, Komando Wilayah Laut (Kowilla) Barat akan berkedudukan di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kowilla Tengah di Makassar (Sulawesi Selatan), dan Kowila Timur berpusat di Sorong, Papua.

Dalam Rapat Pimpinan TNI AL 2012, dibahas beberapa agenda utama yakni pengadaan alutsista, pembinaan personel, kesejahteraan prajurit dan reformasi birokrasi.

Sumber : ANTARA

Belanda Tetap Tarik Ulur Lepas Tanknya

MBT LEOPARD 2A6 
MBT Leopard 2A6 Bundeswehr manuver di tanah berlumpur. (Foto: Bundeswehr)
Pemerintah Belanda sudah kebelet ingin menjual alat utama sistem pertahanan (alutsista) tua mereka. Cuma, begitu ada negara yang bereaksi dan berniat membeli tank-tank, parlemen menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Begitu bunyi kalimat pembuka di harian De Pers hari Rabu (01/02).

Debu pasir bertebangan di sekitar tank tempur Leopard A26. Demikian foto yang terlihat di brosur Kementerian Pertahanan. Kabinet Mark Rutte ingin menambah kas negara dari penjualan 119 tank tipe tersebut. Calon pembeli sudah bermunculan, tapi perkaranya tidak sesederhana itu. Lihat saja kasus Indonesia. Perdebatan seru mengenai penjualan mencuat, baik di negara pemakan keju maupun di negara dengan 245 juta penduduk.

Parlemen Belanda kepingin tahu apa rencana Indonesia, negara kepulauan yang memiliki ratusan hektar hutan, terhadap satu tank yang beratnya setara dengan lima puluh mobil Golfs Volkswagen. Lebih-lebih anggota parlemen khawatir dengan isu hak asasi manusia misalnya dengan rakyat Papua, penduduk asli Nugini. Akhir tahun lalu 12 orang tewas dan ratusan orang ditangkap ketika unjuk rasa pecah.

Menurut organisasi hak-hak asasi manusia, ada demonstran yang bahkan harus mendekam 20 tahun di tahanan dengan dalih mengacu pada undang-undang lama warisan Belanda kolonial. Bagi Partai Sosialis (SP), partai Buruh (PvdA) dan Partai Kiri Hijau (GroenLinks) serta partai Kristen Sosial Konservatif (ChristenUnie) ini sudah cukup menjadi alasan untuk urung melepaskan tank Belanda ke Indonesia. Alasan Partai Kebebasan (PVV) lain lagi. Penduduknya yang 86 persen muslim menjadi alasan keberatan bagi mereka.

Tapi ke mana rongsokan Belanda ini harus dijual? tulis De Pers. Selama bertahun-tahun, Belanda tidak pernah keberatan memasok tank ke Arab Saudi dan kendaraan lapis baja ke Mesir dan Bahrain, tapi sekarang banyak anggota parlemen yang keberatan. Bahkan untuk melepaskannya ke negara seperti Yaman dan Turkmenistan, mereka masih harus pikir-pikir dulu.

Ini tidak terlalu mengejutkan. Pada 14 Februari tahun lalu Belanda sontak dipermalukan ketika tayangan televisi mengenai pemberontakan Musim Semi Arab memperlihatkan lewatnya kendaraan perang yang dicurigai mirip dengan alat perang tua Belanda.
Dalam tanggapan terhadap pertanyaan anggota parlemen dari GroenLinks, Arjan El Fassed, Menteri Luar Negri Uri Rosenthal akhirnya harus mengakui bahwa Belanda lebih dari sekali melepaskan surplus pertahanannya ke Bahrain. "Ini termasuk kendaraan lapis baja (panser) 35 M-113 dan 25 YPR," tukas menteri dari Partai Liberal Konservatif (VVD) itu.

"Juga di Mesir, pada insiden Maspero bulan Oktober, dimana 27 korban tewas, banyak panser yang digunakan," kata anggota dewan Joël Voordewind dari ChristenUnie. "Besar kemungkinan panser-panser bekas kami juga ada di antaranya."

Belanda rupanya pemasok besar kendaraan lapis baja. Hanya ke Mesir saja, antara tahun 1996 dan 2006 sudah lebih dari seribu panser yang terjual. Bahrain dan Mesir bersama-sama menyumbang kas negara Belanda sejumlah 200 juta euro.

Sekarang Indonesia juga berani membayar jumlah yang sama untuk tank-tank Leopard A26. Jumlah yang sulit ditampik oleh Menteri Pertahanan Hans Hillen, padahal kementeriannya harus menghemat 1 miliar euro. Untuk jumlah setinggi ini, menteri dari CDA itu rela mengesampingkan sebentar "moralitasnya."

Anggota dewan Martijn van Dam asal PvdA, yang sebelumnya gagal menghentikan rencana pengiriman tank ke Mesir berkomentar: "Negara yang sudah jelas-jelas ingin membeli tank, malah dilarang. Lihat dong negara-negara yang telah kita pasok sebelumnya, sebanyak apa demokrasi terjadi di sana?" Demikian De Pers.

SUMBER : RADIO NEDERLAND

TNI AU Berencana Beli 16 Pesawat Tanpa Awak Israel


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mabes TNI AU mengakui berencana membentuk satu skuadron pesawat tanpa awak alias unmanned aero vehicle (UAE). Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Azman Yunus, menyatakan kebutuhan TNI AU yang mendesak di antaranya adalah pemenuhan pesawat tanpa awak.

Azwan mengaku, pesawat intai diperlukan untuk membantu operasionalisasi TNI AU dalam merekam data potensi ancaman wilayah perbatasan dari udara. "Kami ingin membentuk satu skuadron atau 16 unit pesawat tanpa awak," kata Azwan kepada Republika, Kamis (2/2).

Menurut Azwan, TNI AU dalam kapasitas sebagai operator atau pengguna pesawat. Adapun pemilihan pesawat dan dari mana negara tempat pembelian pesawat menjadi kewenangan penuh Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Karena itu, pihaknya tidak mengetahui alasan mengapa akhirnya pilihannya jatuh kepada pesawat buatan Israel. "Kami hanya menyodorkan pesawat intai yang bisa terbang selama 10 sampai 13 jam. Yang memilih spesifikasi itu Kemenhan," terangnya.

(Republika)

Lebih Canggih, RI Pilih Pesawat Intai Israel

UAV buatan Israel telah dipakai di banyak negara, teknologi autonomous UAV secara penuh dan predikat "battle proven" untuk UAV berjenis MALE dan HALE baru dikuasai oleh Amerika dan Israel (photo : Canada DoD)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Simpang siur pembelian pesawat intai UAV buatan Israel Aerospace Industries (IAI) oleh TNI AU bukan sekadar isu. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Brigjen Hartind Asrin, mengatakan pembelian pesawat tanpa awak itu dimasukkan dalam daftar belanja TNI AU periode 2010-2014. Dijelaskannya, pembelian pesawat buatan Israel lebih didasarkan pada persoalan teknis.
Setelah dilakukan diskusi dan kajian matang, papar Hartind, TNI AU menjatuhkan putusan untuk membeli pesawat intai Israel. Pihaknya juga mengharap pembelian yang ditujukan untuk meningkatkan alat utama sistem persenjataan (alutista) ini tidak dikait-kaitkan dengan isu macam-macam. Seperti, Israel digolongkan sebagai negara pelanggar hak asasi manusia (HAM) maupun isu lain yang tidak ada hubungannya dengan penambahan kekuatan matra udara.
“Pesawat ini kualitasnya bagus, paling canggih. Karena industri pertahanan mereka paling maju,” kata Hartind, Kamis (2/2). Pembelian pesawat ini menggunakan mekanisme pembiayaan kredit ekspor.
Meski begitu, pihaknya tidak tahu kapan pesawat intai UAV tersebut datang ke Indonesia. “Kami berharap pada 2012 ini paling sedikit tiga pesawat UAV datang. Tapi, tidak tahu lagi setelah DPR ramai begini.” ujar Hartin.

Ipar SBY Ngeluh Soal Peralatan Perang TNI

Pramono Edhie Wibowo (Foto: Heru H/okezone)
Pramono Edhie Wibowo (Foto: Heru H/okezone)
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan bahwa saat ini peralatan pertahanan milik TNI, khusunya kendaraan lapis baja (tank), sudah jauh tertinggal dengan tank milik negara lain.

"Angkatan Darat (AD) punya 11 batalyon kavaleri. Dari 11 batalyon kavaleri, dua batalyon yang kita miliki terbaru adalah yang namanya Scorpion. Itu tank ringan dan lain-lain. Itu semua produk tahun 50-an. Jadi kalau dilihat, kita sudah jauh ketinggalan untuk soal tank," ujar Pramono Edhie usai meninjau pameran alat pertahanan TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (18/1/2012).

Edhie menjelaskan, jenis kendaraan lapis baja tersebut ada tiga macam, yaitu ringan, sedang, dan berat. Saat ini, lanjut adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), TNI telah bekerja sama dengan PT Pindad untuk memperbarui kendaraan tank kelas ringan menjadi kelas sedang.

" Leopard itu termasuk yang berat. Saat ini AD bekerjasama dengan Pindad untuk meretrovit tank AMF 13 yang kita punya sebanyak 13 unit untuk dikembangkan agar bisa mencapai kelas sedang," ungkapnya.

Namun, untuk meretrovit kendaraan tank menjadi kelas berat, Edhie mengatakan, saat ini TNI belum mampu.

"Untuk tank berat kita belum mampu. Sehingga kita berharap ada peningkatan teknologi. Andaikata kita memiliki yang berat, dengan sarat bisa mentransfer sehingga bisa membuat sendiri," ungkapnya.

Sumber:okezone.com

Dapat Hibah 24 Pesawat F-16, Lebih Baik Beli Pesawat Baru

JAKARTA - Pemerintah lebih baik membeli pesawat baru daripada menerima hibah sebanyak 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat.  Pesawat baru lebih menguntungkan baik dari sisi keamanan, jam terbang, dan kualitas teknologi lebih tinggi daripada pesawat bekas.
 
Demikian dikatakan anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf menanggapi rencana Kementerian Pertahanan menerima hibah pesawat F-16 dari Amerika Serikat. “Dengan membeli pesawat baru, pemerintah dapat meminimalisir peluang kecelakaan pesawat angkatan udara TNI  yang selama ini sering terjadi,” katanya dalam rilis yang diterima Okezone, Rabu (23/11/2011).
 
Al Muzzammil menjelaskan, sejak tahun 2000-2009 ada sekitar 30 pesawat Angkatan Udara TNI jatuh dan menelan korban jiwa baik dari pihak tentara maupun sipil dalam jumlah besar. Fakta lainnya, dari 114 pesawat TNI yang kita miliki, terdapat 50 pesawat dalam kondisi rusak.
 
“Saya khawatir dari 24 pesawat hibah itu usianya tidak lama. Peluang pesawat rusak, jatuh, kemudian menelan korban jiwa. Ini harus diantisipasi sejak dini oleh Pemerintah. Jangan mengorbankan nyawa prajurit dan penerbang terbaik kita,” ujarnya.
 
Oleh karena itu, Al Muzzammil menyarankan agar Komisi I DPR mempertimbangkan kembali kesepakatan menerima hibah 24 pesawat tersebut. Apalagi, biaya upgrading mencapai 750 juta dolar AS. 


Sumber:okezone.com