Selasa, 31 Januari 2012

Alkom Fiscor-100 Produk PT LEN

(foto: Majalah Kina)

Alkom Fiscor-100Produk Kerjasama Kemenristek dan PT Len Industri

Dalam dunia militer, alat komunikasi (Alkom) memiliki nilai penting bagi keberhasilan suatu kegiatan operasi militer. Alat komunikasi dibutuhkan antara lain untuk membantu pasukan yang ada di lapangan berhubungan dengan unit-unit lainnya yang berada di tempat berbeda.

Alat komunikasi yang banyak dipakai pihak militer di dunia sekarang ini adalah yang mudah dibawah ke mana-mana dalam berbagai medan. Saat ini, kebanyakan alat komunikasi untuk kegiatan militer diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri. Tentunya harga jual yang dipatok juga tergolong mahal.Namun saat ini, Indonesia juga sudah mampu memproduksi alat komunikasi untuk dunia militer yang tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk serupa buatan luar negeri.

Adalah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang menggalang kerjasama dengan PT Len Industri (Persero) untuk membuat dan mengembangkan alat komunikasi untuk dunia militer. Kerjasama tersebut telah menghasilkan suatu produk alat komunikasi yang diberi nama Alkom Fiscor-100. Kegiatan produksi Fiscor-100 telah mulai dilaksanakan PT Len Industri sejak Agustus 2010 lalu. Hingga Oktober 2010, sudah 30 unit yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Ke-30 unit Alkom Fiscor-100 itu telah diserahkan Menristek kepada Kementerian Pertahanan untuk dilakukan ujicoba oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di berbagai medan terhadap alat tersebut.
(foto: Majalah Kina)
Menurut Nurman Setiawan, bagian pemasaran PT Len Industri, kegiatan ujicoba itu dilakukan agar user (pengguna) bisa mencoba alat komunikasi tersebut sebelum membeli dan diharapkan adanya masukan-masukan dari user mengenai kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada alat itu. Selain itu, ujicoba di lapangan dengan berbagai medan juga diperuntukkan agar produsen bisa mendapatkan bahan masukan bagi pengembangan alat tersebut di kemudian hari. Kegiatan ujicoba diperkirakan memakan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lambat satu tahun.

Miliki Keunggulan

Nurman menjelaskan, Alkom Fiscor-100 merupakan alat komunikasi yang dibuat oleh tenaga-tenaga ahli dari dalam negeri yang berasal dari Kemenristek dan PT Len Industri. Alat ini dibuat dengan mengkombinasikan teknologi yang ada pada alkom buatan Australia dan Prancis sehingga dipastikan Alkom Fiscor-100 lebih maju dari produk kedua negara tersebut.

Kandungan lokal yang dimiliki oleh alat itu kini telah mencapai 85%. Hanya komponen berupa handset, komponen elektronika dan conector yng masih harus diimpor. Menurut Nurman, kegiatan impor terhadap komponen-komponen itu terpaksa dilakukan karena di dalam negeri sendiri belum ada pabrik yang membuat komponen-komponen tersebut. Karena dibuat oleh tenaga ahli dari dalam negeri, Alkom Fiscor-100 juga memiliki sejumlah keunggulan lainnya jika digunakan oleh pihak TNI.

Keunggulannya itu antara lain siitem sekuriti nya bisa didesain oleh tenaga-tenaga lokal sehingga tidak sama dengan sistem yang digunakan di luar negeri. Alat ini juga bisa dicustomisasi sesuai keinginan. Desain operasional dan maintenance dibuat sederhana sehingga mudah bagi pengguna dan teknisi untuk melakukan kegiatan operasional dan perawatan. Selain itu, di kelas HF, Alkom Fiscor-100 memiliki kecepatan hoping yang sangat tinggi sehingga bisa dipilih kecepatan 5 hope/second, 10 hope/second, 20 hope/second dan 50 hope/second.

Keunggulan lainnya adalah soal harga jual. Menurut perhitungan PT Len Industri, harga jual satu unit Alkom Fiscor-100 berkisar antara Rp200 juta hingga Rp300 juta. Harga itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produk serupa buatan luar negeri yang mencapai Rp250 juta hingga Rp500 juta/unit.  Kemampuan Alkom Fiscor-100 untuk menembus pasar yang sangat potensial itu kini bergantung pada hasil ujicoba yang tengah dilakukan pihak TNI di sejumlah medan. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri juga memegang peranan penting bagi pengembangan Alkom Fiscor-100.

Sumber: Majalah Kina edisi 3 - 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar