Jumat, 27 Januari 2012

Ngotot Beli Tank Leopard Jerman (1)




NADA bicaranya agak keras, lantang dan cukup tegas, tapi juga humoris. Layaknya prajurit TNI, Jenderal santun dan sangat njawani ini memang dikenal dekat dengan siapa saja. Bahkan sesekali tak segan ia bercanda dengan wartawan.

“Gimana kabarnya, pasti mo tanya tank ya, nanti yah saya makan dulu, dari pagi belum sarapan,” canda Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo, disambut gelak tawa tamu. 

Waktu itu, Jumat (16/1/2012), Ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan hadir pada syukuran hari jadi Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad) ke-61, di Jalan Abdul Rachman Saleh, Senen, Jakarta Pusat. 

Tidak seperti biasanya memang, kali ini Pramono Edhie begitu lepas, tak sungkan bicara panjang lebar soal alutsista dan tank Leopard yang akan dibelinya. Hampir 1 jam 30 menit lamanya, meski tidak sedikit ucapannya yang tak boleh dikutip, alias off the record.

Tapi, apa yang dikatakan bekas ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri itu, bisa jadi gambaran wartawan, bagaimana TNI AD membutuhkan alutsista baru yang sudah 20 tahun tak pernah diperbaharui. 

Makanya ketika berbicara soal modernisasi alutsista, Pramono Edhie yang didampingi wakilnya Letjen TNI Budiman itu, bergegas mewujudkannya. Tank Leopard pabrikan Jerman jadi incarannya. Jumlah yang akan dibeli tak tanggung-tanggung 100 unit. 

Katanya, ini penting, untuk modernisasi yang setelah 20 tahun tak terwujud. “Ini impian kita yang sudah sejak lama, tapi baru ada anggarannya sekarang,” kata Edhie Wibowo, menjawab pertanyaan okezone.  

Tapi, sambung Pramono Edhie, modernisasi alutsista ini, bukan semata-mata untuk meningkatkan persaingan antara negara Asia Tenggara, tapi lebih pada military balance saja. 

“Tidak elok kalau dalam latihan gabungan kelas alutsista beda dengan negara lain,” jelas Jenderal bintang empat itu.

Makanya, pembelian alutsista dalam jumlah besar seperti itu dengan anggaran tidak sedikit adalah gula menggiurkan. Wujudnya, harus segera direalisasikan, dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan persenjataan.

Dengan pembelian tank Leopard yang lengkap dengan amunisi, pemeliharaan dan perencanaanya diharapkan tidak ada lagi prajurit TNI yang kerjanya hanya membersihkan tank tanpa bisa digunakan.

“Jadi jangan lagi ada anak buah saya yang hanya gosok-gosok tank itu saja (tank lama), membersihkan rantai, mengganti oli, tanpa bisa digunakan,” tuturnya. “Kasihan sekali, dan itu sangat menyakitkan,” lanjut Kasad. 

Lalu, mengapa tank bekas milik Belanda yang jadi pilihan. Edhie dan jajarannya tentu punya alasan. Katanya, tidak serta merta asal pilih, yang sudah melalui proses pengkajian sebelum memutuskan memilih tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2A6.

Selain juga, setiap negara dalam menentukan kebijakan strategi militernya, tentu memperhatikan aspek ancaman, yang dipersiapkan sejak dini. 

Keunggulan Tank Leopard

Untuk taktik tempur darat, tank Leopard adalah yang tercanggih di dunia dan itu bisa jadi pilihan untuk Indonesia. “Dalam taktik tempur, tank harus dilawan dengan tank. Nah, kalau tank kita buruk, maka sulit untuk kita mengimbangi lawan, minimal tank sekelasnya,” kata Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Meski beratnya mencapai 63 ton, tank Leopard juga bisa berenang.

Edhie bercerita bagaimana tank Leopard memiliki keunggulan yang tidak dimiliki tank lainnya, mulai dari daya gebrak, daya kejut, tembak hingga penghancur lawan sangat baik sekali.

Gambaran lainnya terletak pada teknologi desainnya yang canggih, besaran kalibernya 130 milimeter, jarak capai, kemampuan penetrasi dan penghancurannya, stabilizer system dan armor protection-nya itu sangat bagus.

Leopard juga punya keunggulan yang sangat menentukan yaitu, kemampuan firing control system dan automatic target tracking system yang sangat akurat, serta auto ammo loader guna mempercepat daya tembaknya, thermal imaging sight, laser range finder, dan balistic computer.

Namun, apakah ini cocok untuk di wilayah geografis seperti Indonesia, mengingat tank ini sangat cocok untuk wilayah seperti padang pasir, bukan negara kepulauan dan daratan rendah pastinya. Bagi Edhie, tidak ada masalah di gunakan di Tanah Air.

Selain itu, dari sisi transfer of technology juga menjadi pertimbangan. Dimana, Rheimetal, pabrik tank Leopard di Jerman menyebutkan siap memberikan training of trainer, juga dukungan berupa transfer teknologi baik pemeliharaan, operasional dan pengadaan amunisinya.

Mengapa Bukan Pindad 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah memerintahkan jajaran TNI dan Polri, serta jajaran Kementerian Pertahanan untuk mengurangi penggunaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari luar negeri. 

SBY mengintruksikan agar lebih banyak menggunakan produk dalam negeri sehingga produk dalam negeri terpakai, selain untuk penghematan biaya.

Ucapan SBY ini tentu bertolak belakang dengan keinginan adik iparnya sendiri. Karena itu, Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin meminta Kementerian Pertahanan mengkaji ulang rencana pembelian 100 unit Tank Leopard dari Belanda. 

Alasannya, Tank Leopard tidak cocok untuk konsep pertahanan dan kondisi geografis di Indonesia. Selain itu rencana pembelian tersebut juga tidak sesuai dengan instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

"Bapak Presiden pada tahun 2008 sudah memerintahkan PT Pindad untuk membuat tank medium yang cocok dipakai dalam operasi militer di Indonesia," kata Hasanuddin kepada okezone. 

Seharusnya Kementerian Pertahanan membeli tank dari PT Pindad lantaran prototipe tank tersebut sudah dibuat. "Prototipe itu tank yang dibuat berbobot 23 ton, lincah dan tidak merusak jalan. Jadi bisa bergerak ke medan yang sulit," lanjutnya.

Hal ini berbeda dengan kondisi Tank Leopard. Tank buatan Jerman itu memiliki berat 63 ton dengan kekhususan untuk membidik sasaran dari jarak enam kilometer secara lurus. 

"Kenapa kita tidak teruskan buatan PT Pindad saja karena murah dan buatan negeri sendiri. Tetapi ini malah berencana membeli Leopard yang tidak cocok dengan kondisi Indonesia," tukas mantan Sekretaris Militer era Presiden Megawati Soekarnoputri ini. 

Menurut Tubagus, Kemenhan belum menyampaikan secara resmi mengenai rencana pembelian Tank Leopard ini. Namun, dia mendapat informasi bahwa tank tersebut dibeli untuk ditempatkan di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Medan. 

Menanggapi itu, Kasad Pramono Edhie tidak bersedia mempublikasikannya. “Nanti saja yah, kalau sudah dibeli baru akan kita beberkan semuanya. Mulai dari harganya, proses pembeliannnya dan lainnya. Sekali lagi, ini belum final,” ujar pramono Edhie.

Source : okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar