Senin, 30 Januari 2012

Penulis Indonesia meluncurkan buku tentang korban tsunami Jepang

Jakarta (ANTARA News) - Dua bahasa Indonesia penulis Hani dan Junanto Herdiawan Yamashita meluncurkan buku tentang "Jepang Setelah Shock", cerita tentang berani korban tsunami yang melanda Jepang pada tanggal 11 Maret 2011. 

"Ini bukan buku tentang gempa dan kesedihan mereka, tetapi pada bagaimana Jepang berjuang untuk membangun kembali hidup mereka setelah bencana," kata Yamashita di Jakarta pada hari Minggu. 

Hani Yamashita adalah seorang istri dan ibu rumah dua, tinggal di wilayah Saitama, Tokyo, yang menjadi relawan setelah tsunami tahun lalu. 

Dia mengatakan ketika gempa melanda tiga prefektur, Miyagi, Fukushima dan Iwate, sementara sebagian besar orang Jepang melakukan kegiatan sehari-hari mereka, tetapi ketika gempa melanda, mereka bisa bereaksi segera untuk menyelamatkan hidup mereka. 

"Itu adalah hasil dari bertahun-tahun pengalaman simulasi dan Jepang menghadapi bencana," katanya. 

Jepang sangat prihatin tentang simulasi dan mitigasi bencana, Yamashita mengatakan menambahkan bahwa hanya lima jam setelah gempa, listrik dipulihkan. 

Cerita lain adalah tentang sikap Jepang kasihan berlebihan, ditunjukkan dalam siaran internasional yang tidak fokus pada penderitaan mereka. 

Televisi Jepang hanya disiarkan upaya penyelamatan dan restrukturisasi setelah bencana, meskipun mereka telah diperintahkan untuk menyiarkan iklan ceria selama dua minggu. 

Yamashita mengatakan ia berharap Indonesia untuk mengikuti cara Jepang `s untuk mengelola dan bertahan hidup setelah bencana. 

"Kami berbagi pengalaman tentang bencana Indonesia dan Jepang keduanya rentan terhadap bencana, maka saya pikir Indonesia bisa melakukan apa yang telah dilakukan Jepang.," Katanya. 

Sementara itu, Junianto Herdiawan mengatakan pemimpin Indonesia harus mengikuti pemimpin Jepang yang segera bereaksi dalam menyelamatkan korban. 

"Mereka bekerja segera dan terfokus pada cara untuk menyelamatkan para korban dan restrukturisasi," katanya. 

Menurut dia, beberapa jam setelah tsunami melanda Jepang, Kaisar Akihito menyampaikan pidato untuk mendorong umat-Nya dan memberi mereka semangat untuk membangun kembali kehidupan baru. 

"Itu adalah pidato yang sangat inspiratif, tanpa belas kasihan dan kesedihan," kata Herdiawan. 

Ketika bencana melanda, Herdiawan bekerja di Kedutaan Besar RI di Tokyo sebagai ekonom Indonesia dari Bank Indonesia, maka dia bergabung dengan upaya menyelamatkan Indonesia di Tokyo. 

Dia menceritakan sebuah kisah tentang seorang ibu besar Jepang yang tidak mementingkan diri sendiri atau menyimpan makanan untuk dirinya sendiri, meskipun dia juga korban. 

Nenek memberikan roti ke Herdiawan bahagia dan menghiburnya dengan mengatakan, "Anda harus makan cukup, Anda jauh dari keluarga Anda, tetapi harus tinggal bersama kami di sini (di tempat penampungan)." 

Herdiawan mengatakan cerita yang tidak seperti Indonesia yang peduli tentang diri mereka sendiri saja. 

"Anda bisa melihatnya di televisi ketika gempa hit Yogyakarta pada Mei 2006, banyak orang bergegas untuk makanan," katanya. 

Herdiawan juga mengatakan dia menyesal tentang media Indonesia yang menyiarkan kesedihan berlebihan para korban. 

Oleh karena itu ia berharap melalui buku Indonesia orang akan belajar cara tindakan Jepang ketika strucki bencana. 

Sementara itu, Perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta Tani mengatakan bahwa buku itu sangat positif untuk memperkenalkan kehidupan Jepang setelah bencana berdasarkan titik pandang Indonesia. 

"Saya sangat menghargai publikasi` Jepang Setelah Shock 'dan saya berharap itu bisa juga diterbitkan di Jepang, "katanya. 

Semua royalti dari buku ini akan disumbangkan kepada Palang Merah Jepang dan organisasi sosial lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar