Selasa, 31 Januari 2012

Simulator NAS-332 Super Puma

Simulator NAS-332 Super Puma

Simulator NAS-332 Super Puma (foto: Angkasa)
Satu lagi sarana canggih untuk latihan para pilot tni AU kembali dimiliki. Kali ini simulator helikopter NAS-332 Super Puma. PT Dirgantara Indonesia ikut berperan besar dalam hal ini.

Walau sempat terkatung-katung hingga lebih dari lima tahun, akhirnya simulator helikopter NAS-332 Super Puma yang dinanti oleh TNI Angkatan Udara tahun ini rampung juga dibangun. Pilot helikopter kebanggaan bangsa ini kini tak lagi harus sepenuhnya bertaruh nyawa saat latihan menggunakan helikopter aslinya. Selain bisa lebih efisien, faktor resiko terburuk bisa ditekan seminimal mungkin.

Pelaksanaan pekerjaan simulator NAS-332 yang menjadi hajat Kementeriaan Pertahanan melalui KE (Kredit Ekspor) untuk TNI AU sebenarnya sudah lama ditandatangani. Kontrak Tahap I pengerjaan misalnya, ditandatangani tanggal 30 September 2005 dengan nomor kontrak 010/KE/IX/2005/AU.

Proyek dijadwalkan akan selesai pada 14 Agustus 2008. Lalu kontrak pengerjaan Tahap II ditandatangani tanggal 11 September 2007 dengan nomor kontrak TRAK/1368/IX/2007. Pengerjaan dijadwalkan selesai pada 28 Juni 2011. Akan tetapi, rupanya dalam proses pembangunan itu terkendala beberapa hambatan sehingga baru rampung sepenuhnya pada 29 September 2011.

Full Flight Simulator
                                                                                 (foto: PT DI)
Menilik fasilitas Simulator NAS-332 Super Puma yang berada di bawah pengelolaan Fasilitas Simulator (Faslat) Wing 4, Lanud Atang Sendjaja, Bogor, terdapat dua ruangan penting yang dibuat. Satu ruangan besar sebagai tempat kubah simulator berada dan satu lagi sebagai ruang perangkat pendukung sekaligus sebagai rung untuk melihat simulasi latihan yang dilaksanakan. Di ruang itu terdapat layar tv yang menayangkan suasana diruang kokpit dan jenis latihan yang sedang dilaksanakan oleh penerbang.

Simulator NAS-332 ini merupakan jenis Full Flight Simulator yang dapat menyimulasikan seluruh spektrum terbang yang didukung oleh sistem gerak enam derajat kebebasan (6 degree of freedom motion system). Sehingga, bila kita melihat secara kasat mata dari luar saja, kita akan melihat gerak simulator yang ditopang oleh beberapa kaki ini sebagaimana simulator C-130 Hercules yang ada di Lanud Halim Perdanakusuma. Di dalam kokpit simulator, penerbang juga akan merasakan gerak heli maupun manuver yang dilakukan.

Dari sisi perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), teknologi simulasi yang diterapkan merupakan teknologi simulasi terkini. Tak salah bila KSAU dengan bangga mengakui, bahwa bagi TNI AU peresmian penggunaaan simulator Super Puma ini merupakan salah satu terobosan dan langkah strategis dalam upaya untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan penerbang helikopter guna melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Miiter Selain Perang (OMSP).

Pembuatan simulator NAS-332 Super Puma mengcu pada pesawat NAS-332Super Puma Type L1 nomor ekor H-3205 dengan konfigurasi VIP Skadron Udara 17. Selain konfigurasi VIP, simulator ini juga dilengkapi fasilitas simulasi untukhoistslingfast rope, dan paratroop, gabungan dari teknologi NAS-332 Super Puma Type L1/C1 dengan konfigurasi tactical transport.

KSAU menjelaskan, simulator NAS-332 Super Puma yang akan menjadi salah satu jembatan menuju The First Class Air Force ini dibuat bersama oleh perusahaan DSL International Projectsand Supplies Ltd dari Inggris dan PT Dirgantara Indonesia SU Engineering Services. DSL melakukan pengerjaan antara lain sistem komputer, avionik, dan sistem visual, sedangkan PT Dirgantara Indonesia SU Engineering Services mengerjakan desain, perakitan, dan instrumen avionik.

Di luar DSL dan PT DI, masih ada pihak lain yang dilibatkan, yakni untuk perangkat motion system dari belanda dan radar dari Belanda dan radar dari Amerika. Produksi simulator ini mengacu pada spesifikasi simulator Level-C dari FAA AC 120-63 Simulator Specification.

                                                                                (foto: Antara)
Beberapa fungsi dari simulator, antara lain untuk familiarisasi checklist normal maupun prosedur emerjensi, mulai dari engine start hingga engine shutdown, latihan penerbangan dengan misi dan situasi tertentu, memberikan latihan terbang instrumen. Kelebihan lain dari simulator ini adalah, mampu menyimulasikan adanya kerusakan pada sistem atau komponen utama saat latihan penerbangan dilaksanakan.

Peralatan elektronika baik perangkat keras maupun perangkat lunak dirancang agar bisa bekerja secara terintegrasi untuk mengolah berbagai program data hingga kemudian mampu menyimulasikan performa heli NAS-332 secara real time terkait seperti sistem instrumen, sistem avionik, sistem visual, maupun sistem isyarat dengar (aural cue system) dari heli ini.

Efektif

Komandan Wing 4 Lanud Atang Sendjaja yang juga instruktur Super Puma,Kolonel Pnb Eding Sungkana menyatakan, dipilihnya Type L1 nomor ekor H-3205 sebagai model simulator ini, karena sistem instrumen heli ini nomor ekor H-3205 merupakan yang paling lengkap di TNI AU. “Kokpit yang ada di simulator persis sama dengan aslinya, demikian juga dengan handling-nya.” Ujarnya. Dengan begitu pula, penerbang dapat melakukan simulasi penerbangan di heli dengan instrumen paling lengkap.

Demikian juga dengan set data kondisi penerbangan, pilot bisa menyimulasikan terbang masuk ke awan, hujan, petir, terbang siang atau malam, dan sebagainya. Sehingga praktik kondisi emerjensi bisa dilakukan disini. Mengenai silabus pendidikan di simulator, Wing 4 sudah menyusunnya sehingga berapa jam yang dibutuhkan di simulator maupun di helikopter sesungguhnya sudah terpetakan. Untuk instruktur Eding menjelaskan, saat ini mereka yang menjadi instruktur di Super Puma sekaligus berperan sebagai instruktur di simulator.

Mengenai silabus, KSAU memberikan penekanan, agar perencanaan dan pelaksanaannya terpogram dengan baik. Ia memberikan gambaran, pentingnya sebuah simulator bagi penerbang sebelum mengawaki pesawat aslinya merupakan suatu kebutuhan yang mutlak.“Di Australia misalnya, pilot C-17Globemaster III butuh berlatih 117 kali di simulator sebelum menerbangkan pesawat aslinya,” imbuh KSAU.

Selain itu pemanfaatan dari simulator ini diharapkan bisa efektif. Honorarium untuk instruktur juga harus diperhatikan. KSAU mengatakan, di Singapura mereka yang menjadi instruktur di simulator banyak dari perwira yang sudah pensiun, gajinya cukup besar. KSAU menambahkan, bila simulator ini sudah dapat memenuhi kebutuhan latihan para penerbang TNI AU, tidak menutup kemungkinan untuk disewakan juga kepada instansi lain atau pengguna dari luar negeri.

Simulator NAS-332 Super Puma merupakan yang pertama dimiliki oleh TNI AU. Sejauh ini TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat di antaranya simulator C-130 Hercules, simulator Hawk 100/200, simulator F-16, dan beberapa Flight Training Device untuk beberapa pesawat latih. KSAU mengatakan rencana berikutnaya adalah pembangunan simulator Sukhoi di Lanud Sultan Hasanudin, Makassar untuk tahun anggaran 2012.

Sumber: Angkasa, No.2 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar