RMOL.Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mendesak PT Pindad untuk memajukan sektor alat utama sistem senjata (alutsista) guna mendukung modernisasi peralatan militer milik sendiri.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia tidak boleh ketinggalan dari negara lain dalam hal pengadaan alutsista.
Dia menegaskan, kelengkapan alutsista merupakan bagian yang penting bagi sebuah pertahanan suatu negara. “Harus oke dong. Maju terus,” kata Sjafrie saat melakukan kunjungan kerja ke PT Pindad di Bandung, Selasa (20/12).
Sjafrie juga meminta PT Pindad untuk terus memproduksi kendaraan perang taktis supaya modernisasi kendaraan taktis pun dapat dijaga dengan baik.
Karena itu, dia berharap PT Pindad diisi oleh orang-orang yang kompeten dan berkomitmen tinggi untuk memajukan sektor pertahanan Indonesia.
Pada kesempatan itu, bekas Pangdam Jaya ini menuturkan, Indonesia tidak khawatir jika Belanda menolak pembelian main Battle Tank “Leoprad 2A6” sekitar 100 unit.
“Kami tidak khawatir. Kami masih memiliki alternatif untuk membeli alat utama sistem senjata dengan spesifikasi teknik dan operasional sama,” ujarnya.
Tank yang ingin dibeli itu bekas Angkatan Darat Kerajaan Belanda sesungguhnya tidak pernah dipakai dalam misi perang. Juga hanya dipakai sekali dua kali untuk berlatih di hutan Eropa Barat. Rencananya, Belanda akan melepas 150 Tank Leopard 2A6 yang dibuat pada 2003.
Diakui Sjafrie, hingga kini belum ada penolakan secara resmi dari parlemen Belanda terkait pembelian tank tersebut. Parlemen Belanda dikabarkan menolak rencana pembelian itu dikaitkan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Dia yakin, pembelian tank Leopard tidak ada masalah. Tahun depan pihaknya menargetkan pembelian 100 Tank Leopard seharga Rp 14 triliun.
Sjafrie menjelaskan, pembelian tank merupakan bagian modernisasi alutsista TNI periode 2011-2015 untuk mencapai kekuatan pokok minimum.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono berjanji akan terus berupaya meningkatkan proses pembuatan peralatan militer guna mengakselerasi kegiatan produksi alutsista milik TNI.
“Hingga kini saja, kami sudah mencetak 38 unit jenis kendaraan perang dan untuk 2014 kami akan berusaha sampai 65 unit,” kata Adik.
Adik mengakui, membuat kendaraan perang membutuhkan waktu lama dan tenaga ahli yang kompeten. Sehingga, kata dia, acapkali masalah itu menjadi keterlambatan dalam memproduksi peralatan militer.
“Tapi akan terus kami berdayakan dengan menghadirkan beberapa tenaga ahli yang sudah kompeten,” tandasnya.
Menurutnya, anggaran dari pemerintah untuk menyukseskan pengadaan alutsista senilai Rp 1,2 triliun. Adik menilai, jumlah anggaran sebesar itu nantinya akan diupayakan untuk terus meningkatkan produksi alutsista di Tanah Air. [Harian Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar